Senin, 02 Juni 2008

1 - Tentang Cergam

Banyak cerita yang dimulai dengan :

"Pada suatu hari, si Tono pergi ke kali. Apakah yang ingin dilakukannya? Oh! Si Tono pengen berak."

Atau

"Malam ini pukul 7. Susanti duduk sendiri di pojok kafe Makmur, menanti seorang pria. Pria yang telah mematahkan hatinya..."
(bodoh juga ya Susanti, ngapain nungguin pria yang udah matahin hatinya. Mending nyari selotip buat nyambungin tuh hati yang patah bagi dua; Alda bangets :p)

Atau

"Gue tau semua ini salah! Tapi gue harus melakukannya! Demi hidup gue dan orang-orang yang gue cinta!"

Cerita-cerita normal tersebut akan mencapai klimaks dan ending yang dipilih oleh Penulis. Puaskah Pembaca? Senangkah Pembaca dengan ending seperti itu? Siapa peduli? Saya juga tidak peduli. Soalnya saya sendiri jarang bisa menulis cerita bagus. Tidak pernah bagus malah. Adanya hanya cerita-cerita tanpa ending karena untuk mencapai klimaks saja sulit. Aaaaaaah... :D

Karena saya terlahir dalam keluarga multi-budaya; Bapak-Surabaya, Mama-Ende Lio, Ipar-ipar ada yang Surabaya, Sumbawa, Ende Asli atau perpaduan Makassar-Ende...sehingga cenderung ada banyak budaya yang mempengaruhi settingan cerita dan akhirnya "BOM TIDAK MELEDAK" alias cerita menggantung begitu saja.

Nah, Cergam memuat banyak cerita. Ada yang saling berhubungan, ada pula yang lepas satu sama lain. Ada yang asli dari pemikiran seorang makhluk jorok dan langka (siapa? saya donk :p). Dan jangan heran bila Anda tidak mengerti beberapa jalan cerita di Cergam karena saya sendiri juga tidak mengerti :D DON'T ASK ME! DON'T ASK ME!

Selamat membaca! --> Salah satu ending yang menggemaskan Pembaca :D hehehe :D

Tidak ada komentar: